Mencium Bau Surga

Selamat Datang, penuntut ilmu. Penuntut ilmu itu dinaungi oleh sayap malaikat, antara satu malaikat dengan lainya saling berpegangan, hingga mereka sampai ke langit dunia. Hal ini mereka lakukan karena cinta mereka kepada penuntut ilmu." (HR Ahmad)

Minggu, 09 September 2007

Sepengalan Kisah

Jum’at itu saya sedikit telat ke mesjid karna baru pulang dari luar kota, meski sempat untuk sholat tahyatul masjid. Namun hari itu karna telat itu ditempat yang biasa saya sholat (shaf pertama depan mimbar mesjid) ada yang menempati, seseorang yang sholat duduk, karna tak mampu berdiri. Dan saya tidak begitu memperhatikan siapa yg sholat duduk itu. Saya terus mengikuti sholat jum’at hari itu di bagian shaf kedua.

Setelah selesai sholat jum’at ketika saya selesai sholat rawatib, saya lihat orang yang tadi sholat duduk sudah berpindah hendak sholat rawatib juga. Saya kaget, karna saya serasa mengenal orang yg sholat duduk itu, dan ternyata benar, dia adalah Romi. Sebelumnya saya tidak begitu mengenal Romi dengan baik karna saat tumbuh besar saya berada di Yogyakarta. Siang itu saya tak sempat ngobrol dengan Romi.

Saat Ashar, ketika salam sholat rawatib, dikanan saya sudah ada Romi yang sholat duduk, setelah salam selesai, saya tertunduk, dan tanpa terasa airmata saya menetes, di dua mata saya. Apa yang membuat saya menangis, adalah romi. Kondisi Romi lah yang membuat air mata saya menetes. Romi adalah pemuda berusia 25an, romi tidak mampu berjalan dengan baik, cacat. Kelainan bawaan lahir, Romi kesulitan dalam mengontrol gerak motoriknya, antara keinginan dengan gerakan tubuhnya tidak singkron, contohnya untuk bersalaman tangannya bisa kemana-mana dulu sebelum sampai ketujuan salamnya, atau jika ingin diam, badannya bergerak di luar kendali syarafnya. Untuk berjalan biasa ia butuh ruang hampir 2 meter untuk jalannya, kadang ia berjalan dengan berpengangan dengan apa yang bisa diraihnya, atau berjalan dengan merangkak. Demikian juga dengan kondisi mentalnya, dengan usianya itu Romi mempunyai kondisi mental seperti anak berusia 15an tahun.

Dengan keterbatasannya Romi selalu hadir di mesjid dengan becak yang di kayuhnya sendiri tempat biasa saya sholat (mesjid An-Nuur) keteguhannya itu yang membuat saya meneteskan air mata, betapa tidak, saat imam bertakbir, Romi pun mengukuti gerakan imam dengan susah payah dan berpeluh untuk menyingkronkan gerakannya yang perlahan dan terus berusaha mempertahankan gerakan dengan hatinya, butuh waktu dan tenaga extra untuk melakukannya, dan Romi tetap melakukannya dengan susah payah dan setelah selesai romi masih berusaha menahan gerakan badannya yang terus sempoyongan dalam keadaan duduk yang jika kita melihat dia seperti akan jatuh tersungkur atau kadang dia seperti akan terjengkang ke belakang atau tiba-tiba dia seperti bersandar dikaki makmum di sebelahnya, dan meneruskan bacaan sholatnya yang terdengar lirih hampir tak terdengar kata per kata. Itu terus berlangsung disetiap rakaat sholatnya, begitu juga saat hendak rukuk atau sujud, bahkan untuk melafalkan bacaannya dia sangat sulit mengejanya. Seperti orang yang gagap untuk mengucapkan apa yang ada dihatinya.

Subhanallah, hari ini sholat saya begitu banyak meneteskan airmata, saat sujud saya tak hentinya menangis, saya begitu malu pada diri saya sendiri, Romi dengan keterbatasannya tetap berusaha untuk menyembah rabnya dengan ikhlas dan ketulusan hati, dengan perjuangan yang begitu berat, sujud kepada Allah Swt, sujud yang penuh perjuangan, betapa pilunya hati ini dengan melihat romi dengan kekurangannya tetap berusaha untuk sujud kepada Allah Swt, teringat betapa saya begitu mudahnya dulu meninggalkan sholat dengan anggota tubuh yang sempurna dan akal pikiran yang tidak ada masalah, yaa… saya merasa terhina, sangat hina, dengan kemampuan saya tidak menunaikan kewajiban yang seharusnya tidak sesulit yang dilakukan romi, air mata saya terus meleleh melihat romi, betapa tulusnya dia beribadah. Saat mengetik tulisan ini airmata saya pun menetes mengingat Romi, Subhanallah... Romi dengan kekurangan...

Romi melaksanakan rukun rukun sholatnya dengan sempurna termasuk sunnahnya, melihat dia mengangkat tangannya perlahan ketika bangkit dari tasyahud, melihat Romi menegakkan telapak kakinya dengan susah payah saat duduk, melihat gerak telunjuknya saat syahadatnya, Subhanallah, Romi terus berusaha mengarahkan anggota tubuhnya untuk menyembah Allah Swt, hampir semua jamaah memperhatikan setiap gerakannya, mereka menyaksikan dengan perasaan iba, seakan berharap romi terus berusaha dan meneruskan sholatnya walau berat. Betapa hinanya orang yang malas untuk sholat, lebih terhina lagi dengan kondisi Romi yang bahkan (menurut saya) jika tidak sholatpun seakan sudah termaafkan dengan kondisinya tapi dia tetap melaksanakan kewajibannya dengan sabar dan tabah, sungguh pilu hati ini teringat orang yang begitu mudah melalaikan sholatnya.

Saya pernah melihat sebuah klip video Paralimpic (olimpiade orang cacat sedunia) mereka berusaha dengan keterbatasan dan kekurangannya untuk menjadi juara, dari yang tak punya kaki, punya kaki hanya sebelah, orang yang buntung, buta dan berbagai kekurangan yang lain untuk menjadi juara. Namun ada yang berbeda dalam sudut pandang saya, saya mengagumi peserta Paralimpic, namun dalam kondisi Romi ini berbeda, dalam Paralimpic mereka mengejar prestasi, pembuktian diri, atau hadiah dari buah kerja kerasnya sedangkan Romi berusaha mengejar ridho Allah, melaksanakan kewajiban yang di emban setiap muslim dimanapun. Subhanallah…

Tawa Rasulullah

Abu Dzar Ra meriwayatkan, Rasulullah SAW bersabda,

‘Sungguh, aku mengetahui orang yang pertama yang masuk surga, juga orang terakhir yang keluar dari neraka. Pada hari Kiamat, seorang laki-laki dipanggil untuk menghadap, lalu datanglah perintah (kepada malaikat), ‘Tampakan dosa-dosa kecilnya padanya!’ Sedangkan dosa-dosa besarnya disembunyikan. Dikatakan laki-laki itu, ‘pada hari tu engkau telah melakukan bigini dan begitu. Ia pun mengakui semua itu. Tetapi dia khawatir dengan dosa-dosa besarnya. Setelah itu datang lagi perintah (kepada malaikat), ‘Gantilah setiap perbuatan buruk yang dia lakukan dengan kebaikan!’ Maka orang itu berkata, ‘Sesungguhnya saya melihat dosa yang tidak saya lihat disini.’”
Abu Dzar berkata, “saat itu, saya melihat Rasulullah SAW tertawa hingga gigi geraham beliau tampak.”

(Hadist Riwayat Tirmidzi, Muslim, dan Ahmad)


Abdullah bin Mas’ud Ra meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW, bersabda,

“Sungguh aku mengetahui orang terakhir yang keluar dari neraka. Seorang laki-laki keluar dari neraka dengan merambat hingga dikatakan kepadanya, ‘Keluarlah dari neraka dan masuklah kedalam surga!’ ia pun pergi menuju surga. Tetapi ia melihat para penghuni surga telah menempati rumah-rumah mereka. Maka ia kembali dan mengadu, ‘Wahai Tuhanku, orang-orang (disurga) telah menempati rumah-rumah mereka.’ Ia ditanya, ‘Ingatkah engkau dengan zaman ketika engkau hidup di dunia?’ Ia menjawab, ‘Ya.’ Lalu ia diperintahkan, ‘Bayangkanlah (apa yang engkau inginkan)!’ Maka laki-laki itu membayangkan apa yang diinginkan. Setelah itu dikatakan kepadanya, ‘Sungguh, engkau telah memperoleh segala sesuatu yang baru engkau bayangkan, bahkan sepuluh kali lipat dari yang engkau bayangkan di dunia.’ Mendengar hal itu, lelaki itu berkata, ‘Apakah Engkau menghinaku, padahal Engkaulah Sang Penguasa?’ Sungguh ketika itu Rasulullah tertawa hingga gigi geraham beliau tampak.’”

(Hadist Riwayat Tirmidzi, Bukhari, Muslim, dan Ahmad)

Cari tentang sunnah